Rabu, Januari 07, 2009

JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN GAMBUT

BERTANAM Jagung biasanya di tegalan atau ladang subur, apalagi bagi jagung Hibrida. Ide ini muncul dari Ruslan sendiri, dimana lahan seluas 3 Hektar semula direncanakan kelompok untuk tanam Hijauan Makanan Ternak (HMT). Tetapi bibit Kinggrass (Rumput Gajah) belum tersedia, sedangkan lahan sudah siap tanam. Dengan pertimbangan keberadaan Kinggrass dari Proyek belum ada kepastian, maka hasil diskusi kelompok-tani ”Tani Mukti” memutuskan: ”Daripada lahan kosong ditumbuhi rumput, lebih baik ditanam Jagung saja.”.
Uji-coba bertanam jagung di lahan Gambut Desa Sungai Bulan ini, didukung oleh berbagai pihak, hal mana semakin semangat melaksanakannya. Juga atas permintaannya, penulis pun mendesain, bahwa lahan yang ada perlu bebas dari genangan air.
Selain itu dibuat petak-petak berukuran 20 X 10 meter. Dengan maksud petakan tersebut dipisahkan dengan parit drainase yang tak dalam, sehingga pirit (Racun besi) juga tak naik dan bermasalah pada jagung. Sedangkan parit besar sebagai pengendali banjir juga dibenahi, rumputnya dibersihkan, sehingga air hujan dipastikan tak bakal menggenang.
Tunggul dan sisa kayu serta rumput kering dibakar secara bijaksana dengan maksud memamfaatkan abu sebanyak-banyaknya guna kelangsungan pertumbuhan tanaman pokok. Abu ini sebagaimana diketahui mengandung 13 unsur essensial bagi tanaman. Selain itu dilakukan penambahan pupuk WSP-36 sebanyak 50 Kg/hektar sebagai pupuk dasar dengan cara ditebar merata.
Penanaman bibit jagung Hibrida dilakukan sehari kemudian dengan cara ditugal dan jarak tanam 80 cm x 30 cm dengan satu biji perlubang. Sedangkan penyulaman dilakukan seminggu setelah tanam sambil pemupukan masing-masing Kcl 50 Kg dan Urea 75 Kg perhektar. Pemupukan dilakukan dengan cara membuat larikan/ garis tanah sedalam 5 – 8 cm dari pangkal tanaman. Selanjutnya pemupukan diulang dengan dosis yang sama pada umur 42 HST, sedangkan urea terhir diberikan pada saat tanaman berumur dan 42 HST dengan dosis yang sama.
Pemeliharaan tanaman dan pengendalian hama dilakukan sebagaimana bertanam jagung di lahan konvensional. Hama utama di lahan baru dibuka seperti ini adalah kera, tupai dan tikus dan menyerang tongkol jagung. Guna memantau dan mengusir hewan kera, di tengah ladang jagung dibuat pondok setinggi 5 meter. Selain itu dibuat rangkaian kaleng yang ditarik dan bergoyang sekaligus mengeluarkan suara. Dengan cara ini meminimalkan serangan kera, tupai dan tikus. Sedangkan hama lain, misalnya ulat dll tidak berarti, sehingga penggunaan pestisida sangat sedikit digunanakannya.
Pada persiapan panen, yakni 10 – 12 hari sebelum petik tongkol, dilakukan pemotongan tajuk bunga/manggar. Agar pengeringan berjalan maksimal, tiga hari sebelum pemetikan dilakukan pengelupasan kelobot. Karena jagung pipilan di singkawang dijual bagi suply peternak ayam ras, sehingga kekeringan dan kwalitas sangat diperhatikan.
Panen perhektar yang tercapai oleh pak Ruslan 3,6 ton JPK dengan kadar air 17 %, sedangkan harga jual pada pengumpul mencapai Rp. 1.900/kg, sehingga total pendapatan perhektar Rp.6.840.000,-. Jika modal perhektar dikeluarkan Ruslan dkk Rp.4.550.000,-, maka dalam satu hektar masih ada keuntungan Rp. 2.335.000,-
Menurut Ruslan keuntungan seluas tiga hektar akan dimusyawarahkan penggunaanya bagi kelompok-taninya. Namun lebih membanggakan bagi kelompoknya, karena panen jagung secara simbolis dilakukan oleh Walikota Singkawang. ”Merupakan prestasi tersendiri,” katanya.*

1 komentar:

  1. saya burhanudin megajak kerja sama saya mempuyai lahan dan pasaran.ini alamat imael saya burhanudinaan@yahoo.co.id

    BalasHapus

MU LIHAT YA TERSERAH ANDA

MU LIHAT YA TERSERAH ANDA
Jika Anda Mengklik Akan Dibawa Ke Web ini